Berjalannya bisnis biasanya tak selalu mulus. Misalnya, di pertengahan jalan saat bisnis tengah berkembang terjadi pecah kongsi dari pihak yang membangun usaha sedari awal.
Apalagi, tak jarang bisnis bermula dengan mengajak partner yang memiliki tujuan sama. Namun, tetap tak dapat dipungkiri kalau manusia dan kondisi bisa berubah. Akhirnya karena sudah beda tujuan dan kondisi, kerja sama yang erat bisa pecah.
Namun, terjadinya ‘jalan sendiri-sendiri’ ini tidak selalu buruk. Bisa saja terjadi agar bisnis yang tengah berjalan bisa lebih berkembang atau minimal tak jatuh karena banyaknya perbedaan.
Segala hal yang terjadi termasuk pecahnya kongsi dalam bisnis ini mesti punya sebab. Apa saja penyebabnya?
Penyebab pertama dan sudah tentu yang paling berpengaruh adalah perbedaan pada visi dan misi.
Beda arah masa depan dari bisnis bersama dan juga perbedaan tujuan memang seringkali menjadi konflik yang sukar terpecahkan.
Maka dari itu, banyak yang memilih untuk pecah atau berhenti dalam kerjasama bisnis tersebut.
Faktor kedua yang dapat memicunya adalah problem keuangan. Penyebab satu ini juga menjadi pemicu besar ketegangan antara dua kepala pemilik bisnis.
Misalnya karena pembagian yang tak setara, beda pendapat soal alokasi keuangan, hingga bagi keuntungan yang tak sesuai adalah alasannya.
Akan ada yang berpendapat bahwa dari mekanisme tersebut hanya satu pihak yang mendapatkan keuntungan. Sementara di pihak lain merasa kurang diuntungkan.
Pecah kongsi bisnis juga dapat terjadi lantaran perbedaan gaya manajemen. Ini intinya ada di bagian pengelolaan.
Karakter tiap kepala pasti berbeda, misalnya saja untuk manajemen yang cukup agresif versus manajemen yang konservatif.
Satu pihak berencana untuk menyasar market internasional sedangkan pihak lain sudah nyaman dengan market nasional yang sudah ada di tangan.
Bisa juga seperti konsep pembangunan kantor. Ada yang menyesuaikan dengan kebutuhan zaman dan ada pula yang masih menggunakan tipe kantor lama yang membosankan.
Pengelolaan operasional, keuangan, pemasaran, dan semua bagian tersebut, bisa saja memicu pecahnya kerjasama bisnis atau perdagangan.
Yap, ini juga menjadi faktor pemicu pecah kongsi. Ada pihak yang merasa kinerjanya begitu tinggi sedangkan di pihak lain hanya berkontribusi seadanya saja.
Sudah tentu hal ini menimbulkan kondisi yang tidak adil. Apalagi keduanya mendapatkan porsi hasil yang sama.
Bisa saja, suatu kerjasama akan terpecah karena perbedaan kinerja semacam ini.
Terkadang, kongsi terjadi karena ingin membagi kekuasaan yang sama persis atau setara.
Saat terjadi kekuasaan yang tak seimbang atau salah satu pihak mendominasi lebih dari pihak lainnya, maka perpecahan kongsi atau kerjasama sudah pasti terjadi.
Pihak pertama misalnya, berfokus untuk pengembangan dan riset produk. Sedangkan pihak lainnya, berpikir bahwa marketing adalah hal yang perlu pengembangan lebih lanjut dari usaha.
Prioritas antara keduanya sudah berbeda dan ini bisa saja memicu ketegangan yang berujung pada pecahnya kongsi antar keduanya.
Tanda-tanda pecah kongsi bisnis salah satunya adalah ketika ada mitra yang menjalankan upaya melanggar hukum dan kepatuhan padahal di awal sudah disetujui bersama.
Saat ada mitra yang demikian, maka yang berisiko untuk jatuh bukan hanya mitra tersebut. Melainkan juga dengan usaha yang telah terbangun dari awal dan secara keseluruhan.
Maka dari itu, perpecahan akan muncul dan kerjasama bisa terputus karena ketidakpatuhan satu pihak terhadap hukum atau aturan yang berlaku.
Yap, meskipun kita mengenal bahwa bisnis harus profesional tetap tidak menutup kemungkinan bahwa masalah pribadi antar pihak yang bekerja sama menjadi pemicunya.
Contohnya, ada pihak yang tidak jujur, tidak transparan, atau bahkan melanggar nilai-nilai pribadi dari masing-masing pihak.
Memahami masalahnya mungkin tak cukup kalau belum membaca dan tahu perusahaan yang sudah pecah kongsi. Di Indonesia sendiri, ini contohnya:
Dari salah satu brand terkenal di Indonesia untuk makanan keripik pedas, ternyata tiga pendiri Maicih memiliki perbedaan visi sekaligus misinya.
Bisnis ini berdiri atas inisiasi tiga bersaudara yang artinya merupakan bisnis keluarga.
Perbedaannya adalah pada pendirian badan usaha. Dimas Ginanjar memilih untuk melanjutkan produksi Maicih di bawah naungan CV Maicih.
Sedangkan dua saudara lainnya yakni Reza Nurhilman dan Arie Kurniadi memilih memproduksi keripik pedas ini di bawah naungan PT Maicih.
Dulu, Maicih sempat jadi populer dan sepertinya menjadi pelopor keripik pedas di Indonesia. Namun, kemungkinan besar menjadi redup lantaran alasan pecah kongsi dalam bisnisnya ini.
Sepertinya, ini termasuk ke dalam jenis-jenis pecah kongsi bisnis yang cukup menarik di Indonesia.
Pertama kali, brand larutan penyegar itu adalah hasil dari produsen Singapura yang kemudian memasarkan produknya di Indonesia.
Lantaran tidak dapat menjalankan bisnisnya secara langsung, akhirnya bekerjasama dengan PT Sinde Budi Sentosa (SBS) tahun 1978.
Mereka cukup lama berkongsi, bahkan sudah puluhan tahun menjadi partner. Namun, Wen Ken Drug (WKD) yang merupakan pengusaha dari Singapura merasa bahwa SBS mengkhianati WKD dengan cara merusak pasar Cap Kaki Tiga.
Selain itu, menurut WKD juga mengatakan kalau PT SBS ini melakukan pengkhianatan secara terstruktur.
Misalnya saja, tak membayar royalti secara tepat waktu, tidak mendaftarkan etiket dagang, bahkan parahnya sambil menghilangkan logo utama yakni Cap Kaki Tiga.
Terkadang, upaya mengakhiri kerjasama dari masing-masing pihak ini dapat membawa dampak baik sekaligus buruk. Maka dari itu, harus ada upaya dan strategi untuk mengatasi konflik pecah kongsi bisnis ini. Berikut sedikit yang bisa dilakukan:
Hubungan yang erat selama bertahun-tahun akan sia-sia jika terjadi hal semacam ini. Maka dari itu, pertimbangkan untuk melakukannya dan kembali melakukan upaya menyamakan visi sekaligus misi.
Jika memang ada hal yang tak sesuai, maka penyelesaiannya bisa dengan melakukan komunikasi yang baik antar setiap pihak.
Memang, langkah ini begitu sukar yakni dengan menentukan peran sekaligus tanggung jawab dari masing-masing mitra.
Selain itu, harus ada ukuran yang jelas mengenai kesuksesan dari peran dan tanggung jawab barunya.
Jika memang tak ada langkah selain berhenti kongsi, maka sebaiknya proteksi merk kamu terlebih dahulu.
Apalagi jika ide dan merk tersebut benar kamu yang menginisiasi atau pertama kali mencetuskannya.
Biar lebih mudah, ada Mebiso dengan fitur Proteksi Merek yang akan membantu melindungi merk dari upaya plagiasi dan perlindungan atas masalah hukum di kemudian hari.
Kebanyakan memang berdampak buruk, apalagi ketika upaya ini menghasilkan kompetitor baru yang sama persis di pasaran.
Bisa dengan mendefinisikan peran dan ukuran kesuksesan dari masing-masing pihak, membuat kontrak kerja sama yang jelas, dan penyamaan visi misi.
Sebaiknya langsung fokus berbenah dan melakukan yang terbaik bagi perusahaan.