Saat sedang pergi ke pusat belanja atau tempat umum lain, pernahkah kamu menemukan brand roti bernama Roti O atau Roti Boy? Kebanyakan dari kita mungkin sangat familiar dengan keduanya. Namun apakah kamu sudah tahu juga bahwa telah terjadi pecah kongsi Roti O dan Roti Boy ini?
Ya, mungkin kita dulunya juga sempat bingung menemukan perbedaan Roti O dan Roti Boy karena mirip sekilas, bahkan tak jarang banyak yang menganggap dua brand ni sama.
Seiring waktu berlalu kini masyarakat sudah sadar bahwa dua brand tersebut sepenuhnya berbeda satu sama lain.
Tapi kira-kira apakah yang menyebabkan kedua brand ini punya kemiripan satu sama lain dan bagaimana ceritanya?
Pada artikel edisi kali ini kita akan bahas dan telisik mengenai kedua brand ini, termasuk cerita terjadinya pecah kongsi Roti O dan Roti Boy ini. Mari simak lengkapnya!
Sejarah Pecah Kongsi Roti O dan Roti Boy
Sebelum membahas soal pecah kongsi Roti O dan Roti Boy, ada baiknya kita kenalan dulu dengan dua brand ini.
Dua brand ini bisa dibilang telah lama melanglang buana dalam dunia bisnis kuliner di Indonesia. Keberadaan dua-duanya sebagai salah satu pelopor industri jajanan roti beraroma kopi yang khas sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Berkat hal tersebut, tak heran jika akhirnya masyarakat banyak mengira bahwa dua brand tersebut adalah satu brand sama. Padahal, keduanya sepenuhnya merek yang beda. Lebih jauh, bahkan pemilik Roti O dan Roti Boy sekarang ini juga beda.
Mulanya, Roti Boy berdiri lebih dulu di negeri jiran Malaysia di tahun 1998 yang mana pendirinya bernama Hiro Tan. Cuma butuh waktu sebentar bagi Roti Boy untuk jadi sebuah brand yang laris pada saat itu di Malaysia.
Awalnya Roti Boy didirikan lebih dulu di negeri jiran Malaysia pada sekitar tahun 1998 oleh Hiro Tan. Tak butuh waktu lama hingga Roti Boy berhasil jadi brand yang laris manis pada saat itu di Malaysia.
Hingga akhirnya dua tahun kemudian pada tahun 2000, lisensi dari waralaba Roti Boy ini diusung ke Indonesia oleh PT. Bintang Indo Jaya. Sejak itulah Roti Boy di Indonesia sendiri mulai banyak dijual di tempat-tempat layanan umum seperti bandara dan stasiun.
Strategi inilah yang kemudian menyebabkan Roti Boy ini ‘meledak’ di pasaran dan banyak dikenal masyarakat sampai saat ini.
Namun, bertahun-tahun kemudian tepatnya sekitar pada tahun 2012, manajemen Indonesia memutuskan untuk berpisah dengan manajemen Roti Boy pusat dan memutuskan untuk mendirikan sebuah brand baru yang kemudian mereka namakan Roti O di bawah naungan PT Sebastian Citra Indonesia.
Di titik inilah awal terjadinya pecah kongsi Roti O dan Roti Boy di Indonesia.
Sebab itulah produk Roti O punya sifat yang boleh dikatakan mirip dengan ‘kakak’-nya yakni Roti Boy karena adanya kemungkinan adopsi resep yang membuat rotinya punya kemiripan yang identik–baik dari aroma, bentuk, atau rasanya.
Roti O vs Roti Boy
Meski lahir berkat adanya pecah kongsi Roti O dan Roti Boy, nyatanya Roti Boy masih terhitung kalah unggul dibandingkan Roti O dari segi ekspansi.
Sejak terjadinya pecah kongsi Roti O dan Roti Boy, pihak manajemen Roti O langsung gerak cepat memperluas market sembari menargetkan tempat-tempat umum di mana banyak manusia berkumpul di sana. Itulah alasan kenapa kita sekarang kerap menemukan Roti O di tempat umum seperti bandara, terminal, stasiun, dan sebagainya.
Pecah kongsi Roti O dan Roti Boy ini bukan halangan bagi Roti O mengekspansi pasar Indonesia secara masif. Di periode 2022 saja,brand ini sudah punya sedikitnya 600-an outlet yang menjalar seantero Indonesia. Padahal, di tahun yang sama Roti Boy cuma ada sekitar 60 outlet.
Meskipun dari segi ekspansi pasar Roti Boy kalah, tapi faktanya Roti Boy tetap berhasil bertahan hingga saat ini. Alasannya, karena Roti Boy tetap mempertahankan kualitas rasa dan aroma dari rotinya.
Walaupun telah terjadi pecah kongsi Roti O dan Roti Boy, faktanya masing-masing brand tersebut punya taktik pemasaran yang beda. Untuk Roti O sendiri memasarkan produknya lewat senjata bernama pemasaran sensor.
Pemasaran sensor ini memanfaatkan indera-indera yang dimiliki manusia sebagai strategi untuk memikat hati pelangganya. Itulah kenapa
Selain karena ekspansi yang masif, Roti O sendiri juga menerapkan yang namanya ‘marketing hidung’ atau sensory marketing yang juga diterapkan lebih awal oleh Roti Boy. Strategi inilah yang memanfaatkan indra-indra manusia sebagai cara memikat hati pelanggan.
Menurut studi, efek dari sensor yang merangsang indera ini bisa merangsang otak dan meningkatkan reaksi emosi dan reaksi kognitif. Lebih jauh, sebanyak 75% reaksi emosional didapatkan lewat indera hidung yang bisa meningkatkan mood sampai 40%.
Inilah kenapa Roti O dan Roti Boy punya dapur yang menyatu dengan outletnya, agar aroma dari roti-roti yang dimasak bisa menarik hati para pelanggannya.
Di sisi lain, pemasaran Roti Boy lebih ke premium dengan memusatkan outlet mereka ke tempat-tempat tertentu seperti mall dan bandara.
Nah agar kamu juga tidak kebingungan dalam membedakan antara dua brand ini, berikut ini kami sajikan beberapa perbedaan yang bisa membantu kamu dalam mengidentifikasi perbedaannya:
Tentang Roti Boy
- Asli Malaysia;
- Dikenal jadi brand roti kopi premium;
- Roti kopinya jadi fokus produk utama;
- Secara harga relatif lebih tinggi.
- Pemasarannya lewat media sosial, kerja sama, dan promosi toko;
- Keberadaannya kuat di pusat belanja dan sejenisnya;
- Target menengah ke atas;
- Fokus jaga kualitas serta konsistensi roti kopi;
Tentang Roti O
- Asli Indonesia;
- Roti-rotinya lebih beraneka ragamnya;
- Sifat produknya lebih melimpah;
- Harga relatif terjangkau;
- Mengandalkan pemasaran sensorik lewat aroma;
- Keberadaannya masif tersebar di banyak tempat;
- Target market lebih luas, termasuk kelas menengah ke bawah;
- Sering menawarkan rasa-rasa baru dan produk musiman.
Kesimpulan
Dari kisah pecah kongsi dari Roti O dan Roti Boy kita bisa tarik poin-poin rangkuman singkat terkait cerita mereka sebagai berikut:
- Tahun 1998, Hiro Tan pertama kali dirikan Roti Boy.
- Tahun 2000, lisensi franchisenya diusung ke Indonesia oleh PT Bintang Indo Jaya.
- Tahun 2012, manajemen Indonesia pisah dengan pusat dan mendirikan Roti O di bawah naungan PT Sebastian Citra Indonesia.
- Tahun 2022, Roti O sudah punya sekitar 600-an toko di Indonesia, kendati Roti Boy punya sekitar 60 outlet.
Jangan Tunda Lindungi Merek!
Mengambil hikmah kisah Roti O dan Roti Boy, kita tahu bahwa merek ialah aspek penting yang tak ternilai harganya. Perannya sebagai identitas–dan lebih jauh sebagai ‘nyawa’–membuat eksistensi merek jadi hal yang harus jadi perhatian.
Menilik lebih jauh, perlindungan merek harus jadi sebuah kebutuhan utama yang harus disadari oleh semua pelaku bisnis. Makin lama kamu menunda melindunginya, makin besar potensi masalah hukum yang akan datang.
Oleh karena itu, mumpung masih ada waktu, proteksi merekmu mulai dari hari ini!
Mebiso hadirkan inovasi spesial untuk bantu kamu membangun perlindungan brand dan proteksi brand maksimal bisnismu di masa depan. Mari, segera Proteksi Merek Bisnis kamu di Mebiso sekarang!
FAQ
Apa sebab pecah kongsi dari Roti O dan Roti Boy?
Karena manajemen pemegang waralaba Roti Boy di Indonesia saat itu yang memutuskan pisah dengan pusat untuk mendirikan brand sendiri bernama Roti O.
Kapan terjadinya pecah kongsi Roti Boy dan Roti O?
Pecah kongsi ini terjadi di tahun 2012.
Siapa pendiri Roti O dan Roti Boy?
Roti Boy didirikan oleh Hiro Tan dari Malaysia, sedangkan Roti O ada di bawah naungan PT Sebastian Citra Indonesia.