Ada yang mengusung model bisnis di mana bisa produksi barangnya sendiri, namun ada juga yang mengusung model bisnis di mana ia menyerahkan produksi kepada pihak ketiga. Produksi barang kepada pihak ketiga inilah yang nantinya ada banyak macamnya, dan salah satunya ada yang dikenal dengan nama produk white label.
Produk white label kini jadi salah satu produk yang umum ada di pasaran. Pasalnya, tak semua bisnis punya kapabilitas untuk menghasilkan produk mereka sendiri. Karena itulah kehadiran produk yang terproduksi dengan metode white label ini sangat bisa jadi alternatif produksi untuk berbagai sektor industri di luar sana.
Kendati demikian, namun seperti apakah kiranya esensi dari produk white label ini?
Mari kupas selengkapnya soal produk white label beserta contohnya dalam sajian artikel berikut ini!
Merek Bisa Ditolak? Cari Tahu Sebelum Terlambat!
Banyak bisnis gagal mendaftarkan mereknya karena kesamaan dengan merek lain. Jangan sampai usaha kamu sia-sia hanya karena tidak cek terlebih dahulu. Pahami risikonya sebelum melangkah lebih jauh!Pelajari Kenapa Cek Merek Itu Penting!
Dunia bisnis yang makin kompetitif kini makin banyak menuntut pebisnis untuk makin kreatif dan inovatif. Inovasi dan kreativitas jadi beberapa faktor yang mana juga bakal ikut menentukan apakah bisnismu dapat bertahan di tengah persaingan atau justru sebaliknya.
Berangkat dari hal inilah yang kemudian bisa melahirkan banyak model-model bisnis yang beraneka ragam. Salah satu yang umum untuk masyarakat usung ialah model bisnis di mana mereka tak perlu menghasilkan produk mereka sendiri alias mereka hanya perlu me-repack atau mengemas ulang produk.
Suatu usaha yang mengusung model bisnis repacking atau repackaging ini memang jadi salah satu primadona di kalangan pebisnis itu sendiri. Pasalnya, dengan biaya relatif rendah dan kemudahan operasional — daripada harus produksi sendiri — membuat bisnis repacking ini jadi salah satu bisnis yang menguntungkan.
Sebut saja bisnis-bisnis seperti bisnis makanan olahan atau kosmetik yang mana umum untuk mengusung metode ini. Di samping lebih murah, mereka hanya tinggal menyiapkan merek bisnisnya sendiri untuk menjual produk-produk yang sudah dihasilkan dari pihak ketiga tersebut.
Jadi, kalau kita per singkat lagi alurnya kira-kira model bisnis repacking itu bisa berjalan kurang lebih seperti ini:
Bisnis mencari jasa pihak ketiga untuk membantu mereka dalam memproduksi barang-barang yang mereka inginkan. Bisnis tersebut kemudian membeli produk-produk tersebut untuk kemudian mereka kemas ulang dan mereka jual atas merek bisnis mereka sendiri.
Namun dalam praktiknya, jasa produksi pihak ketiga ini ada terbagi jadi dua macam. Ada yang bernama produk private label (label privat) dan ada juga yang bernama produk white label (label putih). Masing-masing jenis produk kemas ulang ini punya karakteristik dan kekhasannya sendiri yang membuatnya berbeda satu sama lain.
Nah tapi karena keduanya punya karakteristik yang hampir mirip satu sama lain, banyak orang yang kesulitan atau bahkan masih menganggap dua hal ini adalah sama. Karenanya, agar bisa memahaminya secara komprehensif, kamu bisa pahami jabaran diferensiasi produk private label dan produk white label tersebut dalam poin-poin berikut:
Kita mulai dari produk private label terlebih dulu. Produk private label adalah produk yang pihak produsen hasilkan namun kemudian dijual lagi di bawah naungan merek eksklusif dari pihak pembeli produk tersebut.
Salah satu karakter khas dari produk private label ini sendiri ialah produk yang produsen hasilkan bisa memiliki spesifikasi tertentu sesuai dengan apa yang pembeli mereka inginkan. Dengan kata lain, pembeli produk private label di sini punya kuasa juga untuk ikut menentukan spesifikasi produk yang ingin mereka produksi lewat pihak produsen.
Sehingga produksi-produksi barang yang menggunakan metode private label ini umum terpakai untuk bisnis yang butuh barang dengan spesifikasi tertentu seperti bisnis kosmetik yang umum menyerahkan produksi barangnya ke pihak maklon tertentu.
White label ini sendiri merujuk kepada sebuah produk yang produsen produksi untuk kemudian mereka jual lagi oleh beberapa merek dari pihak pembeli dengan kemasan atau merek yang berbeda.
Sekilas memang tak ada yang berbeda dari definisi dasar produk private label dengan produk white label di atas. Namun kalau kita kupas secara lebih mendalam lagi ternyata ada satu faktor yang mendasari perbedaan di antara keduanya.
Esensi dari produk white label ini sendiri berfokus kepada pemberian merek dari pihak pengecer atau pembeli tanpa mengubah spesifikasi dari produk-produk yang telah pihak produsen hasilkan. Dengan kata lain pihak pembeli atau pengecer di sini tak punya kuasa dalam menentukan spesifikasi dari produknya.
Hanya produsenlah yang punya kuasa menentukan spesifikasi dari produk yang mereka hasilkan. Pihak pengecer atau pembeli hanya terima jadi produk tersebut dan mereka tinggal menjual produk tersebut di bawah naungan merek pribadi mereka sesuai dengan spesifikasi yang sudah ada.
Inilah satu faktor pembeda tersebut yang mana sangat berbeda dengan ciri private label sebelumnya di mana pihak pengecer atau pembeli punya kekuatan untuk menentukan spesifikasi dari produk yang produsen hasilkan.
Setelah mengetahui esensi fundamental dari sebuah produk yang lahir dengan metode white label, kamu mungkin akan mulai bertanya-tanya: seperti apa contoh dan ide produk white label yang bisa diusung dalam bisnis?
Dari penjelasan dasar mengenai definisi white label yang ada pada poin sebelumnya, sebetulnya tak begitu sulit menemukan contoh beserta ide produk yang bisa kamu jual dengan metode white label ini.
Beberapa contohnya misal seperti produk phone case atau casing ponsel pintar. Saat ini telah banyak produsen-produsen white label yang memproduksi casing ponsel ini untuk kemudian bisa kamu jual di bawah merek yang kamu hasilkan sendiri.
Selain itu, ada juga perangkat lunak yang juga biasa mengusung metode white label. Biasanya, platform-platform perangkat lunak ada yang juga punya fitur white labeling dimana penggunanya bisa menggunakan fitur tersebut untuk mereka sesuaikan dan mereka gunakan di bawah naungan merek bisnis mereka sendiri.
Menjual produk dengan metode white label memang jadi salah satu opsi yang menguntungkan. Pasalnya, kamu tak perlu menyiapkan dana lebih untuk memproduksi barang-barang sendiri karena kamu bisa menyerahkannya kepada jasa produksi pihak ketiga.
Namun begitu ada satu hal penting yang harus kamu tekankan di sini yakni eksistensi dari merek bisnis yang ingin kamu usung tersebut. Kamu harus pastikan dulu bahwa merek bisnismu tersebut tak ada duplikasi, plagias, atau mirip dengan merek lain yang sudah terdaftar dan hanya kamu sendiri yang memilikinya!
Karena itu, kamu bisa pakai alat cek merek terdaftar paling canggih dari Mebiso untuk membantumu dalam menelusuri merek-merek terdaftar dan dapatkan hasilnya secara real time! Segera lakukan daftar merek dagang begitu kamu dapatkan hasil terbaik atas penelusuran merekmu agar tak keduluan kompetitor bisnismu!
Sudah Punya Nama Brand? Tapi, Apa Sudah Aman?
Banyak bisnis tidak sadar kalau nama brand mereka bisa saja sudah dimiliki orang lain. Sebelum melangkah lebih jauh, pastikan merek kamu tidak bermasalah di kemudian hari!Pelajari Pentingnya Cek Merek!
Bisnis repackaging adalah bisnis yang memungkinkan kamu untuk mengemas ulang produk untuk kemudian kamu pasarkan sendiri di bawah naungan merekmu sendiri.
Karena bisnis ini relatif butuh modal yang lebih sedikit karena kamu tak perlu keluar biaya lebih untuk produksi mandiri.
White Label merujuk pada sebuah produk umum yang produsen hasilkan dan bisa produsen jual lagi oleh beberapa merek dengan kemasan atau label yang berbeda.
Private Label ialah produk produsen buat tapi dijual di bawah naungan merek eksklusif dari pihak perusahaan pembeli
Beda keduanya bisa kamu temukan pada kekuatan pelanggan dalam menentukan spesifikasi produknya. Private label memungkinkan kamu sebagai pembeli produknya untuk bisa ikut menentukan spesifikasi produk yang produsen hasilkan agar bisa sesuai dengan produk yang kamu inginkan.
Namun white label tak memberikan kamu kekuatan untuk bisa menentukan spesifikasi produk tersebut. Sehingga dalam white label, produk yang sudah produsen hasilkan, pembeli atau pengecer tak ada kekuatan untuk menentukan seperti apa spesifikasinya.