Kekinian, masih banyak pemilik usaha belum memahami pentingnya perlindungan hak merek bagi bisnis yang sedang dibangun. Meski terlihat sepele, namun cukup krusial.
Jika merek usahanya tidak didaftarkan lebih awal, rawan untuk dijiplak oleh orang lain. Jika sampai tertinggal, justru akan memberikan pengaruh besar bagi bisnis itu sendiri.
Sebab, tak menutup kemungkinan, pelaku usaha kembali membangun branding mulai dari nol untuk usahanya yang sudah berjalan lama. Hanya karena lamban mendaftarkan mereknya.
Edukasi mengenai perlindungan hak merek ini digelar oleh Mebiso bersama Mekari Jurnal dan TDA Blitar pada Selasa, 26 September 2023.
CEO Mebiso, Hesti Rosa mengatakan, dalam sistem perlindungan merek, ada empat prinsip perlindungan merek di Indonesia. Yaitu first to file, exclusive right, the principal of territoriality dan the principal of speciality.
“Secara eksplisit prinsip ini diatur pada Pasal 3 yang menentukan bahwa hak atas merek diperoleh setelah merek tersebut dimohonkan pendaftaran / terdaftar. Siapa cepat, dia berhak,” kata Hesti.
Selanjutnya, Hesti menjelaskan, mengapa merek perlu mendapatkan perlindungan, ada beberapa faktor.
“Melindungi merek dari pembajakan atau penggunaan tanpa hak dan mengantisipasi terjadinya persengketaan merek di masa depan. Perlindungan merek dimulai setelah dimohonkan,” kata dia.
Saat melakukan permohonan pendaftaran merek, pelaku bisnis diminta untuk tetap siaga sampai terbit sertifikat merek.
“Sistem perlindungannya, dilindungi sejak hari pertama dimohonkan pendaftaran. Tapi lika liku perjalanan bisa sampai terbit Sertifikat Merek panjang dan harus tetap siaga,” imbuh dia.
Namun, tak menutup kemungkinan, merek mendapatkan penolakan saat melakukan pendaftaran merek. Biasanya, karena memiliki kemiripan fonetik, suara dan sejenisnya dengan merek lain yang sudah berhasil didaftarkan.
Untuk itu, Rosa memberikan contoh agar nama merek diterima saat melakukan pendaftaran. Misalnya, menggunakan kata sendiri yang tidak memiliki arti apapun. Serta, tak ditemukan di berbagai kamus bahasa.
“Namun, tetap menggunakan kata yang biasa. Namun, tetap memiliki arti yang dalam dan tidak berkaitan dengan produk atau jasa yang dimiliki,” kata dia.
Selain perlindungan hak merek, kegiatan yang diikuti oleh 50 peserta ini juga memberikan pemahaman mengenai laporan keuangan.
Accounting and Finance Team Beon Intermedia, M. Arie Wibowo memberikan edukasi mengapa dalam bisnis harus ada laporan keuangan.
Sebab, kata Arie, pengelolaan anggaran yang kurang tepat bisa memberikan dampak yang cukup besar. Bahkan, bisa menyebabkan usaha yang dibangun bangkrut alias tutup.
Umumnya, permasalahan pelaku usaha yang mengalami permasalahan pengelolaan keuangan, antara lain kurangnya pemahaman pentingnya laporan keuangan.
“Kemudian, pengelolaan keuangan usaha bercampur dengan keuangan pribadi dan tidak ada pencatatan transaksi,” kata dia.
Arie menjelaskan, laporan keuangan itu seperti “kwitansi besar” perusahaan. Ini memberitahu semua orang berapa uang yang masuk dan keluar serta apa yang tersisa.
Kegunaannya, untuk melakukan evaluasi, efisiensi dan kesehatan anggaran perusahaan. Serta, dasar untuk membuat kebijakan strategis.
Tak hanya itu, pemilik usaha juga harus mementingkan laporan laba rugi. Laporan laba rugi adalah cara kita melihat apakah perusahaan itu menghasilkan uang atau kehilangan uang.
Ini menunjukkan semua uang yang masuk dan semua biaya yang dikeluarkan, lalu kita lihat apakah ada uang lebih banyak daripada yang dikeluarkan (laba) atau kurang (rugi). Jadi, ini adalah “hitung-hitungan” untuk melihat seberapa baik atau buruknya perusahaan.
Serta, laporan arus kas yang memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan menghasilkan dan menghabiskan uang selama periode tersebut dan merupakan salah satu alat penting dalam menganalisis kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Uraian tersebut merupakan penjelasan mengenai perlindungan hak merek bagi bisnis. Temukan edukasi lainnya berkaitan dengan perlindungan merek disini.
